Rumah Tapak Atau Apartemen, Mana yang Lebih Baik?

Rumah dan Properti
08 Juli 2021
Bagikan:
Rumah Tapak Atau Apartemen, Mana yang Lebih Baik?

Di tengah sibuknya kehidupan perkotaan, apartemen kian populer sebagai pilihan tempat tinggal. Maklum, harga rumah tapak di tengah kota kini sudah setinggi menara pencakar langit, alias sudah tak terjangkau bagi banyak orang. Jadi wajar jika tinggal di apartemen pun kini menjadi tren di kalangan pekerja ibu kota, khususnya Jakarta.

Namun di sisi lain, popularitas rumah tapak di daerah penyangga ibu kota atau suburban juga semakin tinggi. Didukung oleh gencarnya pembangunan infrastruktur antar daerah, banyak orang memilih tinggal di sekitar pusat kota demi memiliki hunian tapak yang notabene harganya lebih ramah di kantong.

Bagi Anda yang tengah mencari hunian, memilih antara apartemen atau rumah tapak mungkin menjadi salah satu dilema. Keduanya memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, sehingga untuk mengetahui mana yang terbaik, kita perlu mengetahui dulu apa sesungguhnya yang kita butuhkan.

Untuk membantu Anda menentukan pilihan, berikut ini sejumlah faktor yang perlu Anda pertimbangkan:

1. Lokasi

Hal pertama yang perlu Anda pikirkan saat memilih hunian adalah lokasi. Mengingat harga rumah di pusat kota sangatlah mahal, maka banyak orang yang beralih ke apartemen demi mendapatkan tempat tinggal yang lokasinya dekat dengan tempat kerja.

Faktor lokasi memang menjadi salah satu keunggulan apartemen. Dengan memilih tinggal di apartemen, Anda bisa menghemat waktu dan energi dalam menjalankan aktivitas sehari-hari. Tak perlu menghabiskan waktu berjam-jam di jalan hanya untuk pergi ke kantor, Anda pun bisa menghindari kemacetan lalu lintas Jakarta jika tinggal di apartemen.

2. Harga

Harga apartemen umumnya lebih terjangkau daripada harga rumah. Harga apartemen dengan dua kamar di tengah kota harganya bisa setara atau bahkan lebih murah dari harga rumah tipe 40 di daerah suburban. Jadi tak heran kalau kaum millennial yang punya mobilitas tinggi dan bujet terbatas umumnya lebih memilih apartemen sebagai hunian.

Namun kondisi ini tidak selamanya berlaku. Kadang juga sering kita temukan apartemen mahal yang tidak sebanding dengan fasilitas yang disediakan. Sementara itu, di daerah pinggiran masih ada rumah tipe 40 yang ditawarkan seharga Rp 300 jutaan. Oleh karena itu, Anda perlu melakukan riset yang teliti sebelum memutuskan.

(Baca: 5 Strategi Jitu Menabung DP Rumah untuk Kaum Millennial)

3. Kepemilikan lahan

Karena apartemen merupakan hunian yang dibangun secara vertikal, otomatis penghuninya tidak memiliki sertifikat kepemilikan lahan. Penghuni apartemen hanya akan memiliki sertifikat hak milik atas satuan rumah susun (SHMSRS), sementara sertifikat atas lahan apartemen tetap dipegang oleh pengembang.

Adapun bagi pemilik rumah tapak, nantinya akan diberikan sertifikat hak milik (SHM) yang membuktikan kepemilikan atas bangunan rumah dan juga tanahnya. Dengan begitu, pemilik rumah tapak memiliki hak sepenuhnya untuk mengolah dan membangun properti di atas tanah tersebut.

4. Fasilitas publik

rumah-atau-apartement-2.jpeg

Apartemen biasanya menyediakan fasilitas publik yang lengkap. Mulai dari taman bermain anak, arena berolahraga, mini market, sampai food court biasanya tersedia di dalam kompleks apartemen. Dengan begitu, penghuni apartemen pun tak perlu repot keluar kompleks apartemen untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Sementara itu, kawasan residensial rumah tapak biasanya memiliki fasilitas, serta sarana dan prasarana umum yang lebih terbatas. Jika ada yang memberikan fasilitas lengkap, maka konsekuensinya harga unitnya pun pasti lebih mahal dibanding rumah tapak pada umumnya.

(Baca: Membeli Rumah, Hindari 8 Kesalahan Ini Agar Tak Menyesal)

5. Biaya perawatan dan pengelolaan

Karena dikelola langsung oleh manajemen gedung, penghuni apartemen umumnya harus mengeluarkan biaya ekstra untuk perawatan dan pengelolaan unit. Biaya ini harus dikeluarkan tiap bulan, di luar biaya listrik, air, dan parkir.

Ini berbeda dengan rumah tapak. Biasanya setelah komplek perumahan sudah penuh dihuni, maka pengembang akan menyerahkan urusan perawatan dan pengelolaan komplek kepada penghuni rumah. Hal ini biasanya dikoordinasikan oleh ketua rumah tangga (RT) dan ketua rukun warga (RW).

Meski demikian, ada juga komplek perumahan yang masih dikelola langsung oleh pengembang meskipun sudah penuh dihuni. Biasanya, kawasan residensial seperti ini ditujukan untuk pasar menengah ke atas, dan ada biaya perawatan yang dipungut oleh pengembang setiap bulannya.

6. Sistem keamanan

Bagi Anda yang sangat mengutamakan aspek keamanan hunian, maka apartemen merupakan pilihan yang lebih baik. Sebab, pengelola gedung apartemen biasanya menerapkan sistem keamanan yang ketat, misalnya dengan memasang CCTV, sistem akses lift, kode pintu otomatis, dan sejenisnya.

Sementara itu untuk komplek perumahan tapak, aspek keamanan ini biasanya menjadi inisiatif dari penghuni, misalnya dengan menyewa jasa satpam komplek secara patungan dan memasang CCTV dan alarm pribadi. Tapi ada juga kawasan perumahan yang menyediakan sendiri tim security dan sistem keamanan yang mumpuni, tentunya dengan biaya tambahan yang dipungut tiap bulan.

7. Keterbatasan ruang

Rumah tapak biasanya menjadi pilihan bagi mereka yang sudah berkeluarga atau memiliki anak. Sebab, ada lahan sisa yang dapat dimanfaatkan oleh penghuni sebagai halaman atau area bermain outdoor. Hunian pun terasa lebih lega dan lapang karena ada lahan sisa di sekitar rumah.

Namun tidak demikian dengan apartemen. Karena berada di dalam gedung, penghuni apartemen tidak memiliki benefit berupa lahan kosong yang bisa dimanfaatkan untuk area bermain anak atau lahan hijau pribadi. Alih-alih, mereka harus puas dengan memanfaatkan area atau taman publik yang memang disediakan oleh pengelola apartemen. Jadi Anda harus rela berbagi dengan penghuni lainnya.

8. Keleluasaan dalam merenovasi hunian

Satu lagi keunggulan rumah tapak bagi yang sudah berkeluarga adalah Anda dapat dengan leluasa merenovasi rumah sesuai dengan kebutuhan. Misalnya Anda baru dikaruniai anak kedua, maka ada kebutuhan untuk menyediakan kamar anak tambahan. Anda bisa merenovasi rumah dengan memanfaatkan sisa lahan atau membangun rumah menjadi bertingkat.

Fleksibilitas ini yang tidak dimiliki oleh penghuni apartemen. Karena luas unit apartemen sudah pakem sejak awal, Anda tidak bisa memperluas hunian Anda. Jangankan menambah ruangan, untuk merenovasi ruangan di dalam unit saja Anda harus meminta izin terlebih dulu kepada pengelola gedung. Oleh sebab itu, memilih apartemen sebagai tempat tinggal menjadi cukup berisiko bagi pasangan yang berencana memiliki lebih dari dua anak.

9. Tujuan investasi dan sumber pemasukan pasif

Baik rumah maupun apartemen, sama-sama memiliki nilai investasi yang tinggi. Meski demikian, rumah tapak biasanya lebih mudah dijual kembali dibandingkan unit apartemen. Harga rumah juga kerap mengalami kenaikan lebih cepat dibandingkan apartemen.

Akan tetapi, apartemen memiliki keunggulan dalam hal memberikan sumber pemasukan pasif lebih cepat bagi pemiliknya. Sebab, peminat apartemen sewa sangatlah tinggi di kota besar, khususnya Jakarta. Jadi dengan memiliki apartemen, Anda bisa mendapatkan sumber pemasukan pasif setiap bulan tanpa harus melakukan apa-apa. Enak, kan?

Baik rumah tapak maupun apartemen memang memiliki keunggulan dan kekurangannya masing-masing. Sebagai calon pembeli, tinggal Anda yang harus pintar-pintar memilih mana yang paling pas untuk kebutuhan dan kemampuan dalam jangka panjang. Yuk, cerdas dalam mencari hunian!

Bagikan:
Artikel Terkait